Kegagalan dalam mengkultur micro algae atau green water
Dalam mengkultur micro algae atau green water terkadang tidak selalu berhasil 100%, terkadang ada kalanya gagal, berikut ini saya tuliskan hal-hal yang dapat membuat gagal dalam mengkultur micro algae :
- Larutan nutrisi atau algae fertilizer belum cukup umur masa proses fermentasi hal di karenakan adanya kandungan nutrisi sepenuhnya belum terurai oleh bakteri pengurai sehingga nutrisi belum cukup optimal untuk di gunakan sebagai nutrisi algae atau algae fertilizer.
- Air campuran untuk mengkultur tidak boleh ber pH rendah misal air hujan yang baru turun dari langit, micro algae hidup dan berkembang optimal di pH alkali atau pH basa, umumnya air seperti ini adalah air yang sudah di tua kan, air hujan sebenarnya juga bisa di gunakan tapi harus di tua kan dan di jemur selama 2 minggu lebih sehingga pH nya menjadi alkali, dan sebaiknya air sebelum di gunakan di test dulu kadar pH nya. Kadar pH air untuk mengkultur micro algae minimal ber pH 7.9 keatas
- air nutrisi atau air campuran telah mengandung zooplankton atau kutu air baik moina atau daphnia atau bahkan mengandung kutu batu atau kutu jet (copepoda), bukannya air kultur menjadi menghijau justru air kultur menjadi menguning karena saat masa kultur di bibit micro algae di makan oleh kutu air tersebut.
- Dalam masa mengkultur micro algae terlalu lama, artinya masa tempuh waktu kulturnya melebihi umur panen micro algae atau kelewat panen sehingga kultur menjadi rusak atau crash, dimana air kultur sudah menghijau pekat tapi lupa di panen sehingga air kultur berubah warna jadi kuning atau crash.
kultur crash atau warna menjadi kuning, artinya kultur telah gagal |
- Pencahayaan kurang, dalam mengkultur micro algae jika menggunakan cahaya matahari terkadang cahaya matahari tidak setiap hari optimal, terkadang di musim hujan seharian langit gelap atau mendung sehingga micro algae tidak dapat berfotosintesis secara optimal dengan demikian masa panen pun menjadi mundur atau bahkan bisa berakibat kultur menjadi rusak atau crash jika sampai 2 minggu pun tidak menghijau.
- Dalam mengkultur sebaiknya menggunakan media tertutup misalnya media Bio photoreactor, media tertutup ini untuk mencegah tercampurnya air kultur dengan air hujan yang berPh asam dan media tertutup dapat mencegah serangga seperti capung menaruh telurnya di air kultur karena air kultur ini mengandung nutrisi yang di sukai larva capung dan nyamuk.
Media Bio photoreactor sederhana |
- kurangnya daya aerasi atau pengadukan, kultur micro algae dapat gagal jika kurangnya aerasi atau pengadukan sehingga membuat nutrisi algae (algae fertilizer) yang memiliki masa lebih berat dari air biasa menjadi mengendap di bawah permukaan media dengan demikian air kultur gagal menghijau, aerasi dapat dilakukan dengan mesin udara (air pump) atau mesin aerator atau jika media kultur menggunakan bak terbuka harus di aduk dengan gayung sehari 3x pagi siang dan malam. Untuk menggunakan mesin aerator baiknya menggunakan yang silent atau tidak berisik karena mesin pompa aerator ini hidup selama seminggu non-stop sampai kultur micro algae selesai atau panen.
Air Pump atau Mesin pompa udara (Aerator) |
Kesimpulannya dalam mengkultur micro algae atau green water ini sebenarnya sangatlah mudah, hanya menggunakan air limbah yang sudah di tuakan, bisa air bekas budidaya ikan konsumsi atau air limbah ikan hias, namun air ini tetap harus di saring atau di filter supaya didapat kadar mcro algae yang sangat hijau, bebas dari zooplankton (kutu batu / kutu jet / moina / daphnia) sangat bersih tidak ada gumpalan atau sendimen, dan sebaiknya menggunakan media tertutup untuk mencegah tercampurnya air hujan dan bersarangnya larva capung dan larva nyamuk.
Semoga informasi ini dapat membantu rekan-rekan yang sedang menggeluti kultur micro algae.
Komentar
Posting Komentar