Membuat perangkap lalat dan nyamuk sederhana

Sejak beberapa hari lalu setelah pemilu 2024 kerumunan lalat mulai menyerang wilayah lingkungan kami, padahal saya selalu rutin mengolah sampah basah (food waste) menjadi kompos secara tertutup tanpa ada belatung / lalat / maggot, menurut perkiraan saya adalah karena sampah basah warga tidak di angkut oleh petugas sampah setempat kemungkinan petugas sampah sedang mudik untuk mencoblos di kampungnya.
Sejak itu mulai teringat tahun 2016 saya pernah membuat perekat lalat dari lem tikus dan kertas minyak warna kuning, dan akhirnya saya mulai membuat kembali perekat lalat atau yang disebut fly trap versi saya.

Beberapa tahun lalu saya pernah membeli perangkat pengusir serangga (pest reject) menggunakan teknologi ultrasonik namun menurut saya tidak berfungsi untuk mengusir serangga. Dari model yang di colok ke listrik hingga yang menggunakan baterai (solar panel) tetap tidak terlalu berpengaruh. 
alhasil fly trap yang saya bikin berfungsi cukup optimal karena setiap serangga apapun yang hinggap akan nempel dan tidak bisa terbang kabur lagi.

Untuk mengundang lalat atau serangga ke fly trap tersebut saya menggunakan air limbah budidaya lele dan di campur buah busuk seperti tomat dan potongan pisang, aroma busuk tersebut akan keluar melalui pipet / sedotan di ujung atasnya sehingga lalat akan menghampiri dan menempel di sedotan tersebut karena sudah di baluri dengan lem tikus. Lem tikus yang saya beli lumayan murah, merek cobra isi 70gram cuma Rp. 6000; saja, jika anda berminat bisa membelinya di link yang tersedia.

Saya menggunakan kertas minyak warna kuning bertujuan supaya lalat memang lebih mudah terpancing dengan warna kuning seperti warna buah yang sudah mulai membusuk.

Fly trap ini bisa kita modifikasi sebagai mosquito trap yaitu cukup mengganti cairan di wadahnya dengan air biasa di campur sedikit ragi dan gula karena nyamuk akan terpancing dengan gas co² yang di hasil oleh ragi dan gula.

Fly trap ini hanya bersifat antisipasi sementara saja karena kita ga akan sanggup menanggulangi wabah ribuan lalat yang ada. 

Semoga kedepannya setiap warga mau mengelola sampah organik supaya dampak buruk dari sampah ini (lalat, aroma busuk, belatung, banjir akibat sampah) dapat di kurangi.

Komentar


Postingan populer dari blog ini

Algae Fertilizer Sebagai Nutrisi untuk Mengkultur Micro Algae Green Water

Hemianthus Callitrichoides ‘CUBA’ Cara Merawatnya

Azolla Microphylla - Pakan Organik Yang Dapat di Budidaya Kembali